Bahan Kimia dalam Kehidupan






Bahan Kimia Rumah Tangga


Bahan kimia rumah tangga diantaranya pembersih, pemutih, pewangi, bahan kimia obat dan pembasmi serangga. Bahan-bahan kimia tersebut akan membahayakan jika kita menggunakannya untuk hal-hal yang negatif. Akan tetapi, tanpa kita sadari banyak bahan kimia yang bermanfaat dalam kehidupan ini.

Bahan Kimia Pembersih


Bahan kimia penyusun bahan pembersih dibedakan atas bahan utama (bahan aktif) yang berfungsi sebagai surfaktan, dan bahan tambahan (bahan aditif) yang berfungsi sebagai penguat (builder), pelembut (pada pakaian), pewarnaan, pemberi aroma (pewangi), pengawet, pengental, dan medium (pelarut).

Dengan adanya surfaktan, maka lemak atau kotoran yang tadinya tidak dapat bercampur dengan air, kini dapat bercampur dengan air, sehingga lemak atau kotoran dapat dilepaskan atau dihilangkan dari tempatnya menempel.

Larutan pembersih tidak membuih dalam air sadah. Air sadah adalah air yang mengandung garam kalsium karbonat (CaCO3) atau garam magnesium karbonat (MgCO3). Perhatikan tabel macam-macam surfaktan pada pembersih berikut.



Macam-macam Surfaktan

Keterangan :

*) Dalam air berubah menjadi partikel bermuatan negatif, memiliki daya bersih yang sangat baik, berbusa banyak.
**) Dalam air tidak berubah menjadi partikel bermuatan, busa sedikit, tetapi dapat bekerja dalam air sadah atau air yang kandungan mineralnya tinggi.
***) Dalam air berubah menjadi partikel bermuatan positif.

Mencuci tangan menggunakan sabun biasa sudah baik, yang penting dipastikan telah menggosok dan mencuci seluruh permukaan tangan, telapak tangan serta di sela-sela jari. Untuk higienitas, bukan dilihat dari berapa lama kita mencucinya tetapi seberapa besar permukaan yang bisa terbasuh sabun kemudian dibilas hingga bersih. Sabun dan air bekerja bersama-sama dalam menghanyutkan kuman.


Bahan Kimia Pemutih


Pemutih yang paling banyak beredar di pasaran adalah dari jenis sodium hipoklorit, yang berfungsi sebagai pemutih. Senyawa ini dapat berfungsi sebagai penghilang noda dan desinfektan (sanitizer). Fungsi ganda NaOCl sebagai penghilang noda maupun desinfektan, dapat menjadi peluang tersendiri dalam penjualan. Pemutih ini ada dua wujud, yaitu padat dan cair. Pemutih padat (bubuk putih) adalah kalsium hipokhlorit dengan rumus kimia CaOCl2. Pada umumnya, masyarakat mengenal senyawa ini sehingga kaporit. Kaporit lazim dipakai untuk mensucihamakan air ledeng dan kolam renang. Pemutih cair adalah sodium hipoklorit (NaOCl).

Jika kita membuat sendiri bahan pemutih ini, maka harus disediakan bahanbahan sebagai berikut:

    Sodium hipokhlorit, NaOCl (12%)
    Parfum
    Emal-70
    Air

Seperti telah diketahui bahwa sodium hipokhlorid merupakan bahan utama produk pemutih. Pada umumnya NaOCl yang tersedia di pasaran mempunyai konsentrasi 12% – 13%. Mengapa tidak disediakan konsentrasi yang lebih tinggi? Ini semata-mata pertimbangan keselamatan dan teknis.

Emal-70 adalah nama dagang dari jenis surfaktan berbahan aktif alkyl sulphate. Penambahan bahan ini hanya sebagai alternatif. Jika kita ingin menambah fungsi pemutih sebagai penghilang noda (staim remover). Seperti halnya Emal-70, parfum merupakan zat pilihan (tak harus ada). Kebanyakan produk pemutih yang ada di pasar tidak memakai parfum. Kadang penambahan parfum tidak memunculkan aroma parfum. Jenis air yang dipakai idealnya adalah air yang sudah dimurnikan (aquades). Namun, karena pengadaan aquades tidak mudah dan harganya cukup tinggi maka penggunaan air biasa dimungkinkan.

Bahan Kimia Pewangi (Parfum)


Parfum adalah hasil pencampuran berbagai macam fragrance (wewangian) yang bersifat mudah menguap dengan bau tertentu. Bahan kimia pewangi sering ditambahkan pada berbagai produk seperti sabun, deterjen, sampo, pembersih kaca, cairan pencuci piring, dan cairan pelembut pakaian, serta dijual dalam bentuk pengharum tubuh maupun ruangan.

Pada setiap kemasan dicantumkan kandungan kimianya (ingredients). Ingredients yang tertulis pada kemasan (botol) shampo di atas adalah sebagai berikut: Ingredients :

water, sodium Lauryl Ether Sulfate, Cocomidopropyl Betaine, Glycol Distearate, Dimethicone, Sodium Chloride, Fragrance, Carbomer, Guarthydroxy Propyltrimimonium, Chloride, Cl 77266, Lysine, Sodium Hydroxide, Hydrogen Chloride, Butylated, Hydroxy Toluena, Farmaldehyde, Urang-Aring Extract.

Pada ingredients sampo nampak adanya fragrance. Inilah petunjuk bahwa produk shampo terdapat kandungan bahan pewangi. Bacalah ingredients untuk produk-produk bahan pembersih yang lain! Apakah kita menemukan tulisan fragrance.

Perusahaan umumnya tidak mau menuliskan bahan kimia yang digunakan sebagai fragrance. Orang sering memberi istilah “rahasia perusahaan”. Bahan kimia yang dipakai sebagai pewangi biasanya tidak tunggal tetapi campuran dari beberapa fragrance.

Selain ditambahkan ke dalam bahan-bahan pembersih, parfum juga ditambahkan pada produk-produk lain seperti : bedak, hair spray, deodorant, krim pelembut, pembersih wajah, dan lain-lain. Kandungan fragrance untuk produk-produk ini pada rentang 0,5-5%.

Jangan lupa bahwa penggunaan parfum juga memiliki efek negatif. Dalam
komposisi parfum, selain etil alkohol sebagai pelarut sering ditambahkan zat-zat seperti: aseton, benzaldehida, benzil asetat, benzil alkohol, dan etil asetat. Zat-zat ini memiliki efek negatif bagi kesehatan. Aseton dapat menyebabkan kekeringan mulut dan tenggorokan, kerusakan pita suara, mengantuk, dan depresi. Benzaldehida memiliki efek narkotik dan iritasi pada kulit, mata, mulut, dan tenggorokan. Benzil asetat bersifat karsinogenik, cairannya dapat meresap ke dalam sistem tubuh melalui kulit, dan uapnya dapat mengiritasi mata. Benzil alkohol menyebabkan iritasi saluran pernafasan bagian atas dan penurunan tekanan darah. Etil asetat bersifat narkotik, merusak hati, dan menyebabkan anemia.

Bahan Kimia Obat


Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk mendiagnose, pencegahan, dan penyembuhan penyakit pada manusia atau pada hewan. Penting untuk diketahui bahwa obat memiliki sifat ganda, di satu sisi dapat bersifat sebagai obat (sifat farmakologik) dan pada sisi yang lain bersifat sebagai racun (sifat toksikologik). Obat akan bersifat sebagai obat apabila digunakan secara tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jika obat tidak digunakan secara tepat dengan dosis dan waktu tepat, maka obat akan bersifat racun. Kedua sifat ini ada dalam batas jarak yang pendek. Selain mengetahui penyakit yang diderita, efek yang ditimbulkan obat, dosis dan waktu pengobatan yang tepat harus diketahui pula di mana obat diaplikasikan.


Beberapa Jenis Obat yang Penting

Bahan Kimia Pembasmi Hama


Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat (bahan kimia) pembasmi hama yang ditujukan terhadap serangga, jamur, bakteri, dan hama lainnya.

1. Insektisida


Insektisida adalah obat (bahan) kimia yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa serangga. Contohnya adalah lindan, DDT (penggunaannya sudah dilarang), dieldrin, endrin, malation, paration (insektisida yang memiliki daya bunuh paling tinggi).

2. Fungisida


Fungisida adalah obat kimia yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa jamur atau cendawan. Contohnya adalah serbuk belerang, fungisida organik (misalnya zineb dan maneb), dan CuSO4 yang dibuat menjadi Bubur Bordeaux (BB).

3. Bakterisida


Bakterisida adalah obat kimia yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa bakteri dan virus. Contohnya adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk.
Umumnya, bakteri yang telah menyerang tanaman akan sangat sulit untuk diberantas. Pemberian obat biasanya dilakukan pada tanaman yang belum terkena bakteri dengan dosis tertentu.

4. Herbisida


Herbisida adalah jenis pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alangalang, rumput, dan eceng gondok. Contoh herbisida adalah ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.

5. Rodentisida


Obat ini dibuat untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat, seperti tikus. Penggunaan obat ini biasanya diberikan sebagai umpan yang dicampur dengan makanan lainnya. Akan tetapi, penggunaannya harus hati-hati karena dapat mematikan hewan ternak yang memakannya.

6. Nematisida


Obat ini dibuat untuk memberantas hama tanaman jenis Nematoda atau cacing. Nematisida bersifat meracuni tanaman sehingga penggunaannya biasanya diberikan 3 minggu sebelum masa tanam tiba. Penerapannya pada kebun kopi atau lada karena biasanya cacing banyak menyerang tanaman tersebut. Contoh dari nematisida adalah DD, Vapam, dan Dazomet.

7. Helisida


Obat ini digunakan untuk memberantas hama tanaman, seperti siput atau bekicot. Obat yang biasa digunakan adalah metaldehyde atau metadex dan mercaptometur.

Selain bermanfaat untuk memberantas hama, ternyata pestisida juga menimbulkan dampak negatif bagi manusia ataupun lingkungan. Pestisida biasanya digunakan dalam bidang pertanian sehingga yang terkena dampak langsung dari penggunaan pestisida adalah para petani. Biarpun sedikit, tetapi para petani pasti akan terkena racun pestisida apalagi jika mereka tidak menggunakannya sesuai dengan petunjuk pemakaiannya. Dampak lain dari penggunaan pestisida adalah sebagai berikut:

  1. Tanaman yang diberi pestisida kemungkinan besar menyerap pestisida tersebut melalui akar, lalu ke batang, daun, dan buah. Lalu pestisida tersebut akan terakumulasi dalam tubuh hewan pemakan tanaman. Dapat dibayangkan melalui proses rantai makanan racun pestisida akan terkumpul dalam tubuh manusia (bioakumulasi).
  2. Pestisida yang tidak terurai dalam air akan terbawa ke dalam biota air. Pestisida dalam air akan menghambat proses fotosintesis pada plankton yang menjadi makanan makhluk air. Plankton dan ikan-ikan pemakan plankton akan terkena racun pestisida.
  3. Penggunaan pestisida jangka panjang akan menyebabkan munculnya spesies hama tanaman yang tahan terhadap takaran pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah setelah takaran pestisida diperbesar. Akibatnya, hal ini akan memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada makhluk hidup.

Upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan pestisida, yaitu dengan menggunakan pestisida alami yang berasal dari tumbuhan (biopestisida) yang mudah terurai (biogenerable), sehingga penggunaannya relatif aman. Akan tetapi, apabila tidak ada cara lain untuk memberantas hama selain dengan menggunakan pestisida, berbagai pihak khususnya lembaga terkait (PPL: Penyuluh Pertanian Lapangan) harus bisa memilih pestisida yang paling kecil resiko pencemarannya terhadap makhluk hidup.

Penyimpanan Bahan Kimia Rumah Tangga


Bahan kimia rumah tangga sebaiknya disimpan pada tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak, karena bahan kimia rumah tangga pada umumnya berbahaya apabila tertelan atau dihirup. Untuk mencegah dari terhirupnya dapat menggunakan masker saat bekerja dengan bahan kimia rumah tangga beracun.


Bahan Kimia Dalam Makanan


Bahan kimia dalam makanan diantaranyan adalah pewarna makanan, pemanis buatan, pengawet makanan dan penyedad rasa. Bahan kimia untuk makanan yang sesuai peruntukannya pada makanan apabila digunakan sesuai aturan bukan merupakan ancaman bagi tubuh kita. Akan tetapi banyak bahan kimia yang tidak diperuntukan untuk makan digunakan dalam makanan, sehingga dapat membahayakan bagi yang mengkonsumsinya. oleh karena itu kita perlu mengetahui bahan kimia dalam makanan sebagai berikut.

Bahan Pewarna


Jika kita berbelanja ke toko kue kita jumpai bahwa hampir semua kue yang dijajakan menggunakan pewarna. Ada yang berwarna hijau, kuning, merah, coklat, atau warna lain. Sebenarnya apa fungsi penambahan pewarna pada makanan tersebut? Bahan-bahan apa saja yang digunakan untuk memberi warna tersebut? Apakah penggunaan pewarna tersebut tidak berbahaya?

Bila ditinjau dari asalnya, pewarna makanan digolongkan menjadi tiga, yaitu pewarna alami, identik dengan pewarna alami, dan pewarna sintetik.

a. Pewarna Alami


Pewarna alami merupakan pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan alami, baik nabati, hewani ataupun mineral. Beberapa pewarna alami yang banyak dikenal masyarakat misalnya, daun suji untuk membuat warna hijau, kunyit untuk warna kuning, daun jati atau cabai untuk warna merah dan gula merah untuk warna coklat. Zat pewarna alami ini lebih aman digunakan bila dibandingkan dengan pewarna sintetik. Penggunaan pewarna alami relatif terbatas, karena adanya beberapa kekurangan sebagai berikut.

  • Terkesan memberikan rasa khas yang tidak diinginkan, misalnya kunyit;
  • Konsentrasi pigmen rendah, sehingga memerlukan bahan baku relatif banyak.
  • Stabilitas pigmen rendah (umumnya hanya stabil pada tingkat keasaman/pH tertentu).
  • Keseragaman warna kurang baik.

Pewarna oranye, merah, dan biru secara alami terdapat pada buah anggur, stroberi, rosberi, apel, dan bunga. Untuk memberikan warna kuning, merah, dan oranye dapat digunakan pewarna yang berasal dari tumbuhan dan hewan, seperti wortel, tomat, cabai, minyak sawit, jagung, daun-daunan, dan ikan salmon.

Bahan makanan yang sering menggunakan warna ini di antaranya margarin, keju, sup, puding, es krim, dan mie.

Bahan Kimia Dalam Makanan

Klorofil memberikan warna hijau yang peka terhadap cahaya dan asam. Klorofil diperoleh dari daun-daunan yang digunakan oleh masyarakat luas sejak dahulu. Kurkumin merupakan zat warna alami yang terdapat dalam tanaman kunyit (Zingiberaceae). Zat warna ini dapat digunakan pada makanan atau minuman yang tidak beralkohol, misalnya nasi kuning, tahu, temulawak, dan sari buah.

b. Pewarna Identik Alami


Pewarna identik alami adalah pigmen yang dibuat secara sintetik struktur kimianya mirip dengan pewarna alami. Contohnya, santoxantin (merah), apokaroten (merah-oranye), dan betakaroten (oranye sampai kuning). Penggunaan pewarna identik alami hanya boleh dalam konsentrasi tertentu, kecuali beta karoten yang boleh digunakan dalam jumlah tidak terbatas.

c. Pewarna Sintetik


Di negara-negara maju, penggunaan pewarna sintetik untuk makanan harus melalui pengujian yang ketat, demi keselamatan konsumen. Pewarna yang telah melewati pengujian-pengujian tersebut dan yang diijinkan pemakaiannya untuk makanan dinamakan permited colour atau certified colour.

Penggunaan pewarna sintetik sudah begitu luas di masyarakat. Hingga sekarang, diperkirakan hampir 90% pewarna yang beredar dan sering digunakan adalah pewarna sintetik.

Beberapa kelebihan pewarna sintetik antara lain, warnanya seragam, tajam, mengembalikan warna asli yang mungkin hilang selama proses pengolahan, melindungi zat-zat vitamin yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan, dan hanya diperlukan dalam jumlah sedikit. Seiring dengan meluasnya pemakaian pewarna sintetik, sering terjadi penyalahgunaan pewarna pada makanan. Sebagai contoh digunakannya pewarna tekstil untuk makanan sehingga membahayakan konsumen. Zat pewarna tekstil dan pewarna cat biasanya mengandung logam berat, seperti : arsen, timbal, dan raksa sehingga bersifat racun.

Bahan Pemanis


Bahan pemanis adalah bahan kimia yang ditambahkan pada makanan atau minuman yang berfungsi untuk memberikan rasa manis. Dulu orang mengenal sumber rasa manis alami berasal dari alam yaitu gula yang dibuat dari tebu atau bit, aren, kelapa dan pemanis lain seperti madu dan buah-buahan. Selain memberikan rasa manis ternyata gula adalah penyumbang kalori yang baik karena mengandung gizi untuk tubuh manusia.

Ternyata gula menyebabkan berbagai masalah baru bagi orang-orang tertentu, terutama mereka yang kelebihan kalori, kegemukan, menyebabkan kerusakan pada gigi, dan sangat berbahaya bagi penderita diabetes. Keadaan ini memacu para ahli untuk menemukan pengganti rasa manis setara dengan gula, tidak berkalori, dan tidak ada nilai gizinya sehingga aman dikonsumsi bagi mereka yang perlu diet. Maka dikenalkanlah beberapa jenis gula buatan atau gula sintetik yang mempunyai sifat manis seperti gula bahkan lebih. Beberapa contoh pemanis buatan atau sintetik yaitu sakarin, siklamat, aspartam, asesulfam dan sorbitol. Tingkat kemanisan relatif dari berbagai bahan pemanis diberikan pada tabel berikut.


Kemanisan relatif terhadap sukrosa dengan nilai 100

Suatu produk makanan atau minuman yang menggunakan pemanis buatan seharusnya mencantumkan jenis dan jumlah pemanis yang digunakan. Penggunaan bahan pemanis atau batasan pemakaian bahan pemanis dalam makanan harus mengacu pada WHO yang dikenal dengan ADI (Aceptable Daily Intake) dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/per/IX/1988 tentang batasan maksimum penggunaan bahan kimia dalam makanan seperti tertera pada tabel berikut.


Batasan Penggunaan Bahan Pemanis Pada Makanan dan Minuman

Bahan Pengawet


Pada tahun 90-an terjadi kasus biskuit beracun. Banyak orang keracunan setelah mengkonsumsi biskuit. Sedikitnya 6 orang meninggal dunia dan puluhan orang dirawat di Rumah Sakit. Bagaimana kasus tersebut bisa terjadi? Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa dalam biskuit beracun tersebut terkandung bahan natrium nitrit dalam jumlah berlebihan. Mengapa dalam biskuit terdapat natrium nitrit?

Bahan pengawet adalah bahan kimia yang dapat mencegah atau menghambat proses fermentasi (pembusukan), pengasaman, atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme
sehingga makanan tidak mudah rusak atau menjadi busuk.

Bahan pengawet alami

Bahan pengawet alami

Bahan pengawet tradisional telah dikembangkan sejak ratusan tahun lalu, seperti garam dapur, gula, cuka, dan lada. Ikan laut bisa diawetkan dengan cara pengasinan. Buah-buahan diawetkan dengan cara dijadikan manisan. Makanan lauk-pauk bisa diawetkan dengan cara dibumbui lada dan cuka.

Garam dapur biasanya digunakan untuk mengawetkan daging dan ikan agar tidak mudah busuk. Garam dapur berfungsi untuk menghambat pembiakan bakteri seperti mikroorganisme Clostridium botulinum. Jika bakteri ini berkembang biak pada makanan akan menghasilkan racun yang dapat meracuni daging. Gula merah atau gula pasir bisa digunakan untuk mengawetkan buah-buahan. Bahan yang akan diawetkan direndam dalam larutan gula, keadaan ini menyebabkan mikroorganisme sukar hidup.

Bahan pengawet buatan yang paling sering dipakai adalah asam benzoat. Asam benzoat berfungsi untuk mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri. Penggunaan asam benzoat dengan kadar lebih dari 250 ppm dapat memberikan efek samping berupa alergi. Adapun pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan iritasi pada lambung dan saluran pencernaan. Bahan lainnya adalah natrium benzoat, natrium nitrat, dan asam sitrat. Bahan pengawet untuk buah-buahan dalam kaleng, biasanya digunakan gula atau garam yang dibuat dalam bentuk manisan maupun asinan. Asam propionat dapat digunakan untuk mencegah tumbuhnya kapang pada roti dan kue kering. Asam sorbat digunakan untuk mencegah tumbuhnya kapang pada keju.

Dalam kasus biskuit beracun yang disajikan pada awal sub bab ini, diduga terjadi akibat penggunaan garam nitrit sebagai zat pengawet dalam jumlah berlebihan. Penggunaan nitrit lebih dari 200 ppm dapat menyebabkan keracunan.

Bahan pengawet dapat bersifat karsinogen, untuk itu batasan penggunaan bahan pengawet sebaiknya sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/per/IX/88 terdapat pada tabel berikut

Batasan Penggunaan Bahan Pengawet

Batasan Penggunaan Bahan Pengawet

Akhir-akhir ini banyak pengawet, misalnya, boraks dan formalin. Boraks sering digunakan pada pengolahan bakso dan mi basah. Boraks yang dikonsumsi terusmenerus dapat berakibat keracunan dengan gejala muntah-muntah, diare, dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Di samping bersifat sebagai zat pengawet, boraks juga berfungsi sebagai pengenyal. Formalin dengan kadar sekitar 40%, biasanya digunakan pada proses pengawetan spesimen biologi atau proses pengawetan mayat.

Bahan Penyedap dan Pemberi Aroma


Hasil penyelidikan Dr. Ho Man Kwok pada tahun 1969 mengungkapkan kasus yang dikenal dengan nama Chinese Restaurant Syndrome (CRS). Dalam kasus tersebut dinyatakan bahwa seseorang yang baru saja mengkonsumsi makanan di restoran Cina mengalami gejala-gejala sebagai berikut : merasa kesemutan pada punggung dan leher, rahang bawah, leher bawah terasa panas, wajah berkeringat, sesak dada bagian bawah, dan pusing kepala. Dari hasil penyelidikan pada waktu itu diketahui bahwa penyebab utama timbulnya gejala-gejala tersebut adalah penyedap rasa MSG (Monosodium Glutamat) yang terdapat dalam sup. Kadar MSG dalam sup memang relatif sangat tinggi, ditambah lagi kenyataan bahwa sup dihidangkan paling awal pada saat perut masih kosong/lapar sehingga MSG dapat dengan cepat terserap dalam darah dan menyebabkan timbulnya gejala-gejala CRS tersebut.

Bahan penyedap rasa atau penegas rasa adalah zat yang dapat meningkatkan cita rasa makanan. Penyedap berfungsi menambah rasa nikmat dan menekan rasa yang tidak diinginkan dari suatu bahan makanan.

Bahan penyedap rasa alami

Bahan penyedap rasa alami

Bahan-bahan yang termasuk dalam golongan ini ada yang diperoleh dari alam berupa rempahrempah misalnya : bawang putih, bawang bombay, pala, merica, serei, pkitan, daun salam, dan daun pkitan, serta ada pula yang sintetik.

Penyedap sintetik pada dasarnya merupakan tiruan dari yang terdapat di alam. Kebutuhan penyedap alami jauh melebihi dari yang tersedia maka sejauh mungkin dibuatlah tiruannya. Penyedap sintetik yang sangat populer di masyarakat adalah vetsin atau MSG (Monosodium Glutamat). Di pasaran, senyawa tersebut dikenal dengan beragam merek dagang, misalnya Ajinomoto, Miwon, Sasa, Royco, dan Maggi. MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat yang secara alami terdapat dalam protein nabati maupun hewani. Daging, susu, ikan, dan kacang-kacangan mengandung sekitar 20% asam glutamat. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kita mengkonsumsi makanan yang mengandung asam glutamat akan terasa lezat dan gurih meski tanpa bumbu-bumbu lain. Keunikan dari MSG adalah bahwa meskipun tidak mempunyai cita rasa, tetapi dapat membangkitkan cita rasa komponen-komponen lain yang terkandung dalam bahan makanan. Sifat yang semacam itu disebut dengan taste enhancer (penegas rasa).

Pemberi aroma adalah zat yang dapat memberikan aroma tertentu pada makanan atau minuman, sehingga dapat membangkitkan selera konsumen. Penambahan zat pemberi aroma menyebabkan makanan memiliki daya tarik untuk dinikmati. Zat pemberi aroma yang berasal dari bahan segar atau ekstrak dari bahan alami, misalnya minyak atsiri, dan vanili. Pemberi aroma yang merupakan senyawa sintetik, misalnya amil asetat, mempunyai cita rasa seperti pisang ambon, amil kaproat (aroma apel), etil butirat (aroma nanas), vanilin (aroma vanili), dan metil antranilat (aroma buah anggur). Jeli merupakan salah satu contoh bahan kimia dalam makanan yang menggunakan zat pemberi aroma.


Bahan Pewarna Dalam Makanan


Bahan pewarna dalam makanan berfungsi untuk memberikan warna pada makanan tersebut,akan tetapi di lapangan bahan pewarna ini ada yang berbahaya bagi tubuh kita. Bahan pewarna makanan ditinjau dari asalnya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : pewarna alami, identik dengan pewarna alami, dan pewarna sintetik.

Pewarna Alami


Pewarna alami merupakan pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan alami, baik nabati, hewani ataupun mineral. Beberapa pewarna alami yang banyak dikenal masyarakat misalnya, daun suji untuk membuat warna hijau, kunyit untuk warna kuning, daun jati atau cabai untuk warna merah dan gula merah untuk warna coklat. Zat pewarna alami ini lebih aman digunakan bila dibandingkan dengan pewarna sintetik. Penggunaan pewarna alami relatif terbatas, karena adanya beberapa kekurangan sebagai berikut.

  • Terkesan memberikan rasa khas yang tidak diinginkan, misalnya kunyit;
  • Konsentrasi pigmen rendah, sehingga memerlukan bahan baku relatif banyak.
  • Stabilitas pigmen rendah (umumnya hanya stabil pada tingkat keasaman/pH tertentu).
  • Keseragaman warna kurang baik.

Pewarna oranye, merah, dan biru secara alami terdapat pada buah anggur, stroberi, rosberi, apel, dan bunga. Untuk memberikan warna kuning, merah, dan oranye dapat digunakan pewarna yang berasal dari tumbuhan dan hewan, seperti wortel, tomat, cabai, minyak sawit, jagung, daun-daunan, dan ikan salmon. Bahan makanan yang sering menggunakan warna ini di antaranya margarin, keju, sup, puding, es krim, dan mie.

Klorofil memberikan warna hijau yang peka terhadap cahaya dan asam. Klorofil diperoleh dari daun-daunan yang digunakan oleh masyarakat luas sejak dahulu. Kurkumin merupakan zat warna alami yang terdapat dalam tanaman kunyit (Zingiberaceae). Zat warna ini dapat digunakan pada makanan atau minuman yang tidak beralkohol, misalnya nasi kuning, tahu, temulawak, dan sari buah.

Pewarna Identik Alami


Pewarna identik alami adalah pigmen yang dibuat secara sintetik struktur kimianya mirip dengan pewarna alami. Contohnya, santoxantin (merah), apokaroten (merah-oranye), dan betakaroten (oranye sampai kuning). Penggunaan pewarna identik alami hanya boleh dalam konsentrasi tertentu, kecuali beta karoten yang boleh digunakan dalam jumlah tidak terbatas.

Pewarna Sintetik


Di negara-negara maju, penggunaan pewarna sintetik untuk makanan harus melalui pengujian yang ketat, demi keselamatan konsumen. Pewarna yang telah melewati pengujian-pengujian tersebut dan yang diijinkan pemakaiannya untuk makanan dinamakan permited colour atau certified colour.

Penggunaan pewarna sintetik sudah begitu luas di masyarakat. Hingga sekarang, diperkirakan hampir 90% pewarna yang beredar dan sering digunakan adalah pewarna sintetik. Contoh kemasan pewarna sintetik dan produk makanan yang menggunakan pewarna disajikan pada gambar berikut.

Pewarna Dalam Makanan

Contoh Makanan Dengan Pewarna


Beberapa kelebihan pewarna sintetik antara lain, warnanya seragam, tajam, mengembalikan warna asli yang mungkin hilang selama proses pengolahan, melindungi zat-zat vitamin yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan, dan hanya diperlukan dalam jumlah sedikit. Seiring dengan meluasnya pemakaian pewarna sintetik, sering terjadi penyalahgunaan pewarna pada makanan. Sebagai contoh digunakannya pewarna tekstil untuk makanan sehingga membahayakan konsumen. Zat pewarna tekstil dan pewarna cat biasanya mengandung logam berat, seperti : arsen, timbal, dan raksa sehingga bersifat racun.


Zat Adiktif


Zat adiktif merupakan zat tambahan yang biasanya terdapat pada makanan, minuman, maupun obat–obatan. Pemakaian zat adiktif yang secara terus menerus akan menyebabkan adiksi atau ketagihan. Artinya, jika belum mengonsumsi bahan jenis ini maka perasaan aneh pada tubuh kita akan terjadi, seolah–olah ada sesuatu yang hilang. Perasaan demikian ditandai dengan gejala–gejala ringan, seperti mengantuk atau sakit kepala, tetapi dapat juga mengalami gangguan berat, misalnya seluruh tubuh terasa sakit atau pikiran menjadi kacau.

Zat Adiktif Pada Kopi, Teh, Rokok Dan Alkohol


Zat adiktif yang akan dibahas di sini adalah zat yang menyebabkan adiksi ringan. Efek adiksinya disebut efek habituasi, yaitu efek adiksi karena kebiasaan. Contohnya, kopi, teh, rokok, dan alkohol.

Kopi Dan Teh


Kopi mengandung kafein yang dapat menimbulkan rangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, sistem pembuluh darah, dan janin. Jika minum kopi sebanyak 1 sampai 2 cangkir, tubuh terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah ataupun mengantuk. Efek ini menyebabkan orang sulit terlepas dari kebiasaan minum kopi. Pemakaian kafein secara berlebihan dapat menyebabkan luka pada lambung, kerusakan jantung, dan tekanan darah tinggi.

Zat Adiktif

Selain kopi, teh juga mengandung kafein yang dapat mengakibatkan peningkatan kerja sistem saraf dan metabolisme dasar sehingga orang–orang yang mengalami hal semacam ini akan terasa gelisah dan sulit tidur (insomnia).

Rokok


Rokok berasal dari daun tembakau yang dikeringkan, mengandung nikotin dan tar. Pada saat seseorang menyalakan rokok akan dihasilkan gas CO, nikotin, dan tar yang berbahaya bagi si perokok itu sendiri dan orang sekitanrya sehingga akan menimbulkan bahaya primer dan bahaya sekunder.

Zat Adiktif Rokok

Bahaya primer, yaitu bahaya yang mengancam perokok itu sendiri. Perokok menghisap asap rokok, kemudian mengeluarkannya kembali, tetapi pada saat dikeluarkan tidak semua asap rokok keluar melainkan ada yang terhisap masuk ke dalam tubuh. Bahaya sekunder, yaitu bahaya untuk orang lain yang berada di sekitar
perokok. Rokok yang terus menyala akan terus mengeluarkan asap yang secara tidak sengaja akan terhirup oleh orang–orang yang berada di sekitar perokok tersebut.

Zat Adiktif Dalam Rokok


Tahukah kita bahwa dalam satu batang rokok terkandung berbagai zat yang berbahaya bagi kesehatan? Mari kita bahas zatzat tersebut berikut ini.

1) Nikotin

Secara umum, nikotin bersifat depresan meskipun awalnya dapat bersifat stimulan. Seseorang yang menghisap rokok, pada mulanya nikotin akan merangsang syaraf otak (pusat syaraf) sehingga perasaan perokok itu lebih nyaman, santai, dan percaya diri. Setelah itu, nikotin akan mempengaruhi syaraf sehingga memperlambat kerja jantung, memperlambat kerja syaraf paru-paru, dan bahkan mengganggu kerja syaraf simpatik. Nikotin juga dapat menyebabkan adiksi (ketagihan) sehingga dapat membuat seseorang menjadi perokok tetap.

Pengaruh nikotin terhadap fisik manusia, yaitu mempersempit arteri, mempengaruhi pembuangan air seni dengan memengaruhi kelenjar hipofisa, mempengaruhi syaraf ganglion, membuat penglihatan menjadi kabur, dan menambah sekresi (meningkatkan produksi) asam lambung sehingga menyebabkan penyakit tukak lambung. Pengaruh nikotin secara psikis (kejiwaan), yaitu membuat pemakai mengalami adiksi (ketagihan) sehingga berpengaruh terhadap fisik akan semakin hebat.

2) Gas CO

Gas monoksida (CO) yang dihasilkan rokok dapat ikut terserap tubuh sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan darah mengikat oksigen dari paru-paru. Hal ini terjadi karena karbon monoksida (CO) mengikat hemoglobin (Hb) dalam darah. Hb berfungsi sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh. Akan tetapi, ketika CO masuk, Hb akan meninggalkan O2 karena Hb lebih kuat berikatan dengan CO daripada O2. Kadar CO tinggi berarti hemoglobin (Hb) mengikat CO makin banyak sehingga oksigen (O2) yang dapat diikat dan dibawa Hb dalam aliran darah makin berkurang sehingga menyebabkan sesak napas, pingsan, dan kematian.

3) Tar

Tar adalah zat yang terdapat pada tembakau yang berbentuk seperti aspal. Tar dihasilkan oleh rokok dan tembakau untuk menyisik (sugi). Para perokok dan penyisik akan mempunyai gigi yang berwarna hitam akibat endapan tar tersebut. Jika tar ikut masuk ke dalam tubuh maka akan melekat pada paru-paru terutama pada gelembung udara dan tenggorokan. Endapan tar ini akan mengganggu kerja paru-paru sehingga terbentuk flek atau noda pada paru-paru yang akhirnya dapat menyebabkan kanker paru-paru.


Alkohol

Alkohol sering disebut grain alkohol yang merupakan senyawa kimia dengan rumus molekul C2H5OH atau etanol. Sifat fisik bahan ini adalah bening, tidak berwarna, mudah menguap, dan dapat larut dalam air. Alkohol dapat diperoleh dengan cara fermentasi (peragian) oleh mikroorganisme ragi terhadap gula, sari buah, biji-bijian, madu, umbi-umbian, dan bahkan getah kaktus.

Penggolongan jenis alkohol berdasarkan persentase etanol dalam suatu larutan. Misalnya, pada minuman ringan (soft drink) mengandung 4% etanol, bir mengandung 7%, anggur mengandung 12%, champagne mengandung 15%, brandy mengandung 40%, dan whiskey mengandung 60% etanol.

Alkohol termasuk stimulan sekaligus depresan. Pada penggunaan dengan jumlah tertentu, alkohol akan merangsang seseorang menjadi sangat bersemangat, lebih berani, menghilangkan rasa letih, dan merasa lebih bebas. Akibatnya, tingkah laku pengguna alkohol menjadi tidak terkendali, seenaknya, berbicara sendiri dan bertindak dengan bebas.

Penggunaan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan depresan, yaitu memperlambat kegiatan tubuh, otot menjadi kendur, lemas, loyo, mengantuk, dan akhirnya tertidur di mana saja tanpa sadar, bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Alkohol juga dapat menimbulkan kecanduan atau ketagihan (adiksi). Pada saat tertentu, tubuh akan meminta untuk mengonsumsi alkohol lagi, yaitu ditandai dengan munculnya gejala-gejala sakit pada bagian-bagian tubuh tertentu. Hal ini menyebabkan pemakaian dilakukan terus menerus. Tentu saja, hal itu akan mengakibatkan kerusakan fisik dan psikis yang semakin parah.

Penyakit yang sering timbul pada seorang alcoholic (pecandu minuman beralkohol), yaitu kanker hati (sirosis hati); peradangan selaput lendir lambung; kanker mulut, tenggorokan dan esofagus; penurunan daya tahan terhadap penyakit; mengurangi nafsu makan; merusak otak dan sistem syaraf karena pengaruh zat adiktif.


Narkoba


Narkoba adalah istilah untuk narkotika dan obat berbahaya. Zat adiktif dan psikotropika yang dalam istilah sehari-hari dikenal dengan nama Narkoba. Narkotika dan obat-obat berbahaya sudah menjadi masalah nasional bahkan internasional. Korban-korban terus berjatuhan walaupun penanggulangannya terus menerus dilakukan.

Narkoba

Jenis-Jenis Narkoba


Ditinjau dari jenis narkoba yang digunakan serta pengaruhnya terhadap kesehatan dan kejiwaan, narkoba digolongkan menjadi sebagai berikut.

Golongan Opium, pada pemakaian yang terlalu banyak menyebabkan pingsan, atau bahkan mati. Jika pecandu menghentikan pemakaian opium akan menderita penyakit penghentian, dengan tanda-tanda seperti kejang, muntah, diare, berkeringat, dan sukar tidur.
Obat Penenang (termasuk alkohol), menyebabkan kerusakan hati dan lambung, otot dan saraf, daya ingat hilang, gemetar, ketakutan yang berlebihan, dan terkadang kejang.
Obat Perangsang, mengakibatkan gangguan jiwa seperti perasaan tertekan, ketakutan yang berlebihan, dan rasa curiga.
Kanabis dan Obat halusinogen, menunjukkan gangguan jiwa seperti acuh tak acuh, kebingungan, dan tertekan.

Tembakau (mengandung nikotin), menyebabkan gangguan kerongkongan dan paru-paru (kanker), jantung (tekanan darah tinggi), gangguan pada janin, dan kemandulan.

Narkotika


Kata “narkotika” berasal dari bahasa Yunani “narke“yang artinya beku, lumpuh, dan dungu. Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menimbulkan, seperti pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan–khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya.

Opioda atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, papaver somniverum yang mengandung kira–kira 20 alkaloid opium termasuk morfin. Bahan–bahan opioida yang sering digunakan adalah

a. Candu

Candu berasal dari getah tanaman papaver somniferum yang diolah menyerupai aspal lunak. Candu mengandung zat–zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu juga diperjualbelikan dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak, burung elang, bola dunia, dan cap 999. Pemakaiannya dengan cara dihisap.

b. Morfin

Hasil olahan dari opium/candu mentah yang berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna dengan rasa pahit. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.

c. Heroin

Biasanya ditemukan dalam pil, bubuk, dan juga cairan. Nama lainnya adalah pe-te, putih, bedak, putaw, dan etep. Seseorang yang ketergantungan heroin disebut “chosing the dragon”.

Efek pemakaian heroin, yaitu kejang–kejang, mual, hidung dan mata selalu berair, kehilangan nafsu makan dan cairan tubuh, mengantuk, bicara tidak jelas dan tidak dapat berkonsentrasi.

d. Codein

Codein termasuk garam candu. Dijual dalam bentuk pil atau garam jenuh. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.

e. Demerol

Pemakaiannya ditelan/disuntikkan. Dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.

f. Methadone

Banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioda.


Efek penggunaan narkotika yang ditimbulkan adalah

ketidakjelasan dalam berbicara;
kerusakan pengihatan pada malam hari;
kerusakan pada liver dan ginjal;
peningkatan risiko terkena virus HIV, hepatitis, dan penyakit jantung;
kematian karena over dosis.


Gejala pecandu putus opioda akan mengalami kram otot, nyeri tulang, kram perut, mudah menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi, insomnia, kegelisahan, iritabilitas, depresi, lelah, mual, dan muntah–muntah.

Kokain

Kokain didapatkan dari tanaman belukar erythroxylon coca yang berasal dari Amerika Selatan. Daun tanaman belukar ini biasanya dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.

Efek yang ditimbulkan akibat menggunakan kokain, yaitu
menjadi bersemangat, gelisah dan tidak bisa diam, tidak bisa makan, paranoid (suka curiga), lever terganggu, tidak bisa tidur (cenderung terus beraktivitas), tetapi akan sulit berpikir dengan baik;
merusak otot jantung dan menyebabkan kematian;
impoten;
berat badan menyusut, kejang–kejang, halusinasi, paranoid, dan kerusakan ginjal.
Gejala pecandu yang putus obat cenderung bunuh diri.

Canabis

Canabis dikenal dengan nama tetrahidrocana hidrol, jenis tanaman yang dikeringkan dengan efek dapat membuat pemakainya mejadi teler atau fly. Canabis dikenal dengan sebutan ganja, merijuana, grass, pet, weed, tea, dan mary jane. Nama lain untuk menggambarkan tipe canabis dalam berbagai kekuatan adalah hemp, chasra, bhang, dagga, dinsemilla, dan cimenk.

Efek penggunaan canabis, seperti mata akan terlihat sembab atau kantong mata terlihat bengkak, merah berair, sering bengong, pendengaran seperti berkurang, sulit berpikir, perasaan gembira dan selalu tertawa, cepat menjadi marah, dan tidak bergairah.

Dampak Negatif Narkoba

Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan masalah yang berhubungan dengan kesehatan (jasmani dan rohani), perilaku, keluarga, pekerjaan, uang, dan hukum. Pecandu narkoba lebih sering sakit daripada orang lain, karena umumnya kurang gizi. Penyakit yang umum dialami adalah radang terutama pada kulit, alat pernapasan, atau saluran kemih.

Penyalahgunaan narkoba juga sering kali menyebabkan masalah kejiwaan, misalnya daya ingat lemah, kepribadian terganggu, sukar bergaul, mudah marah, gelisah, dan menjauh dari lingkungan sosial. Permasalahan kesehatan dan kejiwaan tersebut juga akan mempengaruhi keluarga, misalnya sering bertengkar, ekonomi terganggu, semangat kerja menurun, dan sebagainya. Masalah-masalah lain juga dialami masyarakat luas termasuk negara, misalnya adanya berbagai tindak kriminal yang meresahkan masyarakat akibat penyalahgunaan narkoba.


Psikotropika


Psikotropika adalah zat adiktif yang murni disintesis oleh manusia. Zat adiktif ini berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.

Efek Samping Penggunaan Psikotropika


Psikotropika dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat, menimbulkan kelainan perilaku, yang disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan, dan menyebabkan kertergantungan, serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.

Jenis-Jenis Psikotropika


Ecstasy


Ecstasy dikenal dengan nama inex, I, dan kancing. Biasanya berbentuk tablet dan kapsul. Jenis ecstasy yang populer beredar di masyarakat, yaitu alladin, apel, electric, dan butterfly.

Psikotropika

Efek penggunaan ecstasy mengakibatkan tubuh berenergik, tetapi mata sayu dan pucat, berkeringat, tidak bisa diam, susah tidur, kerusakan saraf otak, dehidrasi (kurang cairan), gangguan lever, tulang dan gigi lepas, kerusakan saraf mata, tidak nafsu makan, mual, dan muntah–muntah.

Gejala pecandu yang putus obat akan cepat marah, tidak tenang, cepat lelah, tidak besemangat, dan ingin tidur terus.

Sabu–sabu


Nama aslinya methamphetamine, berbentuk kristal seperti gula atau bumbu penyedap masakan. Jenisnya, gold river, coconut, dan kristal. Ditemukan dalam bentuk kristal, tidak mempunyai warna, dan bau. Dikenal dengan julukan glass, quartz, hirropon, dan Ice Cream.

Sabu–sabu dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang lain. Kemudian, asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap kering pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar sabu–sabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang tertutup.

Efek yang ditimbulkan bagi penggunanya seperti menjadi, tidak tenang, cepat lelah, tidak bersemangat, dan ingin tidur terus. Gejala pecandu yang putus obat ini, yaitu cepat marah, tidak tenang, cepat lelah, dan tidak bersemangat.

Penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif tanpa pengawasan dan petunjuk dokter dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi sistem saraf manusia. Obat yang digunakan manusia atas petunjuk dokter mempunyai indikasi, kerja ikutan, dan kontra indikasi.

  1. Indikasi, artinya petunjuk yang menyatakan khasiat obat tersebut, misalnya indikasi untuk menyembuhkan batuk, asma, pilek, dan menambah nafsu makan.
  2. Kerja ikutan menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan obat di samping khasiat obat. Misalnya, membuat mulut menjadi kering atau mengantuk.
  3. Kontra indikasi menjelaskan waktu dan kondisi, bagaimana suatu obat tidak boleh digunakan. Misalnya, dilarang digunakan untuk perempuan yang sedang hamil atau tidak dianjurkan untuk mereka yang lemah jantung.

Dalam pemberian obat-obatan tersebut, ada batasan yang dikenal dengan ADI (Acquared Dailiy Intake), yaitu batas pemberian obat dalam sehari dengan satuan mg. Ketiga jenis bahan di atas mempunyai pengaruh berbeda sehingga digolongkan sebagai berikut.

1) Obat psikoaktif

Obat psikoaktif adalah obat yang digunakan di bidang ilmu kedokteran jiwa untuk mengobati penyakit mental dan syaraf.

2) Stimulan

Stimulan adalah golongan obat yang dapat membuat orang lebih aktif, lebih kuat bekerja, menghilangkan kantuk, menggugah semangat, dan memberikan perasaan tersedianya tenaga tanpa batas.

3) Depresan

Depresan adalah jenis obat penenang, yaitu obat yang dapat menurunkan ketegangan saraf manusia. Biasanya digunakan pada pengobatan penyakit kejiwaan.

4) Halusinogen

Halusinogen adalah jenis obat yang menimbulkan halusinasi pada pemakainya. Orang yang terkena halusinasi akan merasa ringan seolah-olah melayang dan diikuti oleh perasaan yang penuh kenikmatan.

5) Euforia

Euforia adalah obat yang memberi rasa gembira pada pemakai zaat adiktif jenis psikotropika.



IPA SMP ONLINE © 2015 by Teguh Wirwan.All Rights Reserved


MATERI  PELAJARAN

Postingan populer dari blog ini

TRANSPORTASI TUMBUHAN

Sistem Gerak Manusia

BESARAN FISIKA DAN PENGUKURAN